Posted by Studio 2B PRINGSURAT | 0 comments

Impresi Kecamatan Pringsurat menurut Wiwit

Perencanaan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu; cara mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif; penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, kapan, dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 1977).
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang memilki banyak potensi khususnya potensi agrowisata, pertanian dan pariwisata. Namun, dibalikberbagaimacampotensi yang dimiliki oleh Kabupaten Temanggung disertai pula oleh berbagai macam permasalahan yang terkait dengan perencanaan wilayah dan kota, diantaranya masih buruknya fasilitas dan infrastruktur wilayah yang ada di Kabupaten Temanggung. Wilayah studi studio proses perencanaan kelompok 2B adalah Kecamatan Pringsurat. Kegiatan survei lapangan ini berlangsung selama kuranglebih 1 minggu. Kegiatan ini berlangsung pada hari sabtu, 26 Mei – 2 Juni 2014. Berikut ini adalah impresi awal dari kegiatan survei lapangan:
Kecamatan Pringsurat merupakan kecamatan yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Kecamatan Pringsurat merupakan kecamatan yang strategis karena dilewati oleh jalur arteri. Jalur arteri ini merupakan penghubung antara Kota Semarang dan Kota Yogyakarta. Selain itu di Kecamatan Pringsurat juga dilewati jalan kolektor antara Pringsurat – Kranggan, jalan ini juga merupakan penghubung menuju pusat pemerintahan Kabupaten Temanggung. Perekonomian di Kecamatan Pringsurat didominasi oleh hasil perindustrian, perindustrian di Kecamatan Pringsurat bergerak di bidang pengolahan kayu.Industri yang terdapat di Kecamatan Pringsurat ini dari skalar umah tangga hingga skala besar. Bahan baku pengolahan kayu ini adalah kayu sengon atau kayu albasia. Kayu-kayu ini berasal dari daerah sekitar Kecamatan Pringsurat dan sekitarnya. Dengan adanya industri pengolahan ini maka banyak masyarakat Kecamatan Pringsurat yang memanfaatkan lahannya untuk ditanami kayu albasia atau sengon. Kayu sengon ini memiliki masa panen minimal 5 tahun, sehingga banya masyarakat yang melakukan tumpang sari dengan tanaman lain seperti tanaman kopi. Harga dari satu batang sengon berumur minimal 5 tahun bisa mencapai Rp 500.000,00. Hasil dari tanaman sengon ini sangat menunjang perekonomian masyarakat Pringsurat. Namun dalam penanaman sengon ini terdapat kendala, yakni adanya penyakit jamur yang mnyerang tanaman sengon hingga menyebabkan tanaman sengon mati.
Sengon-sengon masyarakat ini dijual kepada depo-depo penggergajian yang banyak terdapat di Kecamatan Pringsurat. Di depo ini, kayu-kayu ini dipotong berbentuk balok dengan ukuan panjang sekitar 2 m. Sisa-sisa hasil potongan kayu ini dapat dimanfaatkan untuk kayu bakar dan jika ukurannya besar dapat dijadikan reng rumah (konstruksi rumah bagian genteng). Sedangkan limbah yang berupa serbuk kayu dijual untuk membuat bahan bakar serbuk kayu. Selanjutnya dari depo-depo ini dijual pada parik-pabrik yang ada di sekitar Kecamatan Pringsurat. Di dalam pabrik, kayu ini diolah menjadi kayu olahan berupa kayu lapis dan peti kemas. Hasil produksi dari industri ini dipasarakn ke dalam maupun luar negti seperti negara-negara di Eropa dan Asia. Dengan adanya industri di Kecamatan Pringsurat ini mampu mempengaruhi mata pencaharian masyarakatnya. Seperti halnya mata pencaharian sebagai petani kayu, penebang kayu, pemilik penggergajian kayu, pekerja industri dan pengrajin limbah industri kayu. Sebagian besar masyarakatnya berhubungan dengan kayu.
Dengan keadaan tanah yang cukup subur, di lahan sawah di Kecamatan Pringsurat digunakan untuk menanam padi dan palawija khususnya jagung. Namun hasil dari panen padi ini tidak dijual melainkan dikonsumsi dan disimpan untuk masa panen selanjutnya. Selain itu sawah yang digarap oleh para petani bukan milik sendiri melainkan sawah kas desa. Sehingga jika panen harus dibagi dengan pemilik sawah. Masa tanam padi selama 1 tahun mengalami panen 3 kali, namun hal ini tidak terjadi setiap tahun. Masa tanam padi dan palawija tergantung pada banyaknya air irigasi. Jika air melimpah maka ditamani padi, namun jika air sedikit maka ditanami palawija (jagung).
Secara administratif, Kecamatan Pringsurat terbagi menjadi 14 desa. Pusat-pusat perbelanjaan di Kecamatan Pringsurat terdapat di Desa Pingit dan Desa Kebumen. Di kedua desa tersebut terdapat pasar dan pusat-pusat perbelanjaan. Kedua pasar tersebut tidak buka setiap hari, namun hanya 2 kali dalam 5 hari. Pasar Pingit buka pada hari pasaran pahing dan pon, sedangan Pasar Medono yang ada di Desa Kebumen buka pada hari pasaran wage sama kliwon. Sedangkan pada pasaran legi para konsumen mencukupi kebutuhannya dengan membei pada warung-warung kecil atau pergi ke Pasar Grabag di Kabupaten Magelang. Di Desa Pingit terdapat persatuan pedagang makanan yang disebut PEDALING (Pedagang Keliing dari Pingit). Persatuan dagang ini memiliki sekitar 100 orang, barang dagangan berupa makanan ringan dengan harga satuan Rp 500,00. PEDALING menjajakan dagangannya ke sekitar Kecamatan Pringsurat, yakni Kecamatan Grabag, Jambu, Secang, Sumawono, bahkan ada yang sampai Bandungan. PEDALING mengadakan perkumpulan setiap hari jum’at kliwon atau setiap 35 hari sekali.
Kecamatan Pringsurat merupakan satu-satunya kecamatan di Kabupatn Temanggung yang di lewati oleh Jalan Arteri Semarang – Yogyakarta. Jalan arteri ini memiliki 2 efek terhadap Kecamatan Pringsurat. Di satu sisi jalan ini memudahkan transportasi bagi industri-industri sehingga industri mudah berkembang. Namun disisi lain jalan arteri merupakan jaur cepat sehingga kendaraan hanya lewat saja di Pringsurat. Selain itu terjadi ketimpangan dalam pembangunan infrastuktur terutama jaringan jalan. Jalan lokal di Kecamatan Pringsurat sebagian masih berupa jalan makadam dan kondisinya rusak. Selain itu angkutan umum tidak dapat menjangkau seluruh masyarakat Kecamatan Pringsurat. Angkutan umum di Kecamatan Pringsurat hanya melayani disepanjang jalan arteri Semarang – Yogyakarta dan jalan kolektor Kranggan – Pringsurat. Desa-desa yang berada di bagian dalam tidak dapat terjangkau angkutan umum. Masyarakat di daerah dalam menggunakan moda kendaraan pribadi untuk mencapai fasilitas di Kecamatan Pingsurat. Selain itu banyak masyarakat yang memilih untuk berpergian dengan jalan kaki, hal ini dikarenakan banyak yang tidak memiliki kendaraan pribadi. 

 Penulis: Wiwit 


0 comments: