Impresi Kecamatan Pringsurat menurut Satrio Mukti
Impresi Kecamatan Pringsurat menurut Kacamata Satrio Mukti
Kecamatan
Pringsurat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Temanggung yang terletak
di bagian timur Kabupaten Temanggung dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Semarang dan Kabupaten Magelang. Letaknya yang berada di timur Kabupaten
Temanggung tidak membuat Kecamatan Pringsuat sulit dijangkau, karena jarak
tempuh menuju Kecamatan Pringsurat dari Kabupaten Temanggung adalah 16 Km.
Jarak tersebut dapat ditempuh dalam waktu ± 20 menit. Selain itu, Kecamatan
Pringsurat juga dilalui oleh Jalan Provinsi yaitu Jalan Raya
Semarang-Yogyakarta.
Secara
administratif, Kecamatan Pringsurat terdiri dari 14 desa yaitu Desa Kupen,
Soropadan, Kebumen, Pringsurat, Karangwuni, Gowak, Rejosari, Ngipik, Pingit,
Klepu, Pagergunung, Nglorog, Soborejo, Wonokerso. Dari 14 desa tersebut, dapat
diketahui bahwa Kecamatan Pringsurat
terdiri dari 144 dusun, 112 RW dan 365 RT.
Menurut
hasil perhitungan analisis desa kota dari BPS, Kecamatan Pringsurat memiliki 7
desa yang berstatus kota yaitu Desa Pingit, Desa Ngipik, Desa Rejosari, Desa
Kebumen, Desa Kupen, Desa Soropadan, dan Desa Nglorog. Desa-desa tersebut
terletak di sepanjang jalan arteri Semarang – Yogyakarta. Hal tersebut dapat
menjadi salah satu penyebab berkembang pesatnya desa-desa yang berstatus kota
tersebut. Namun terdapat fenomena yang berbeda pada Desa Pringsurat. Desa
Pringsurat dilalui oleh jalan arteri Semarang – Yogyakarta dan disana terdapat
Kantor Kecamatan Pringsurat. Menurut hasil wawancara dengan kepala desa, Desa
Pringsurat termasuk dalam desa yang tertinggal dibandingkan desa- desa yang
lainnya. Jalan arteri disebut belum memberi efek yang nyata dalam pertumbuhan
ekonomi Desa Pringsurat, karena jalan arteri merupakan jalur cepat sehingga
pertumbuhan kawasan perdagangan dan jasa tidak terlalu signifikan. Selain itu,
jalan arteri yang melalui Desa Pringsurat merupakan tikungan, sehingga jarang
pengendara yang berhenti atau singgah disana. Topografi di kawasan pinggir
jalan arteri Desa Pringsurat juga merupakan kategori yang curam dan dipenuhi
oleh pepohonan. Menurut hasil observasi, Desa Pringsurat hanya tumbuh di
sepanjang jalan arteri saja, setelah memasuki daerah yang lebih dalam hanya
terdapat kebun-kebun sengon dan persawahan. Untuk kondisi jalan pun tidak lebih
baik dari desa-desa di sekitarnya. Dari jalan arteri, kira-kira sepanjang 500
meter jalan diaspal, seterusnya jalan berupa makadam atau jalan tanah.
Berdasarkan hasil wawancara, Kantor Kecmatan Pringsurat dulunya berada di Des
Pingit, kemudian dipindahkan ke Desa Pringsurat.
Berdasarakan
hasil koreksi status desa kota (kepadatan penduduk bersih dan proporsi kawasan
terbanyun) Kecamatan Pringsurat toiak memiliki desa yang berstautus kota. Namun
demikian, menurut hasil observasi, terdapat 2 desa yang dapat dikatakan
berstatus kota, yaitu Desa Pingit dan Desa Kebumen. Kedua desa tersebut
dikategorikan sebagai kota karena memiliki pasar, yaitu Pasar Pingit di Desa
Pingit dan Pasar Medono di Desa Kebumen. Aktivitas masyarakatnya pun didominasi
oleh kegiatan non agraris, seperti perdagangan dan jasa.
Hal
yang menarik ketika berada di Kecamatan Pringurat tepatnya di Desa Pingit adalah
harga makanannya yang murah, terutama makanan yang dibeli di Pasar Pingit.
Untuk mendapatkan sebungkus nasi pecel hanya dibutuhkan Rp 3000,-. Selain itu,
jajan pasar yang dijual pun sangat terjangkau, hanya Rp 500,- tiap jenisnya.
Sangat berbeda harganya dengan di daerah kota, yang mungkin bisa mencapai Rp
1500,-. Di Pasar Pingit juga terdapat persatuan penjual jajanan pasar yang
berkeliling Kecamatan Pringsurat. Dengan menggunakan sepeda motor, para
pedegang berkumpul di pagi hari di Pasar Pingit untuk mengambil dagangan, kemudian
menjajakan dagangannya hingga sore hari.
Kondisi
prasarana jalan di Kecamatan Pringsurat menurut masyarakatnya sudah baik.
Meskipun masih banyak ditemukan jalan yang susah untuk dilalui, yaitu seperti
jalan macadam dan jalan tanah. Apabila hujan turun, jalan menjadi sangat licin
dan membahayakan penggunanya. Memang, jalan macadam dibangun hanya untuk
mempermudah mobil angkut dalam pengambilan bahan baku industry atau semacamnya.
Namun demikian, pembangunan jalan di Kecamatan Pringsurat masih dalam proses
yang dibiayai oleh pemerintah maupun swadaya masyarakat. Untuk jalan rabat
beton sendiri konsidinya lebih baik dan lebih mudah perawatannya. Apabila
ditemukan jalan yang rusak, masyarakat memperbaikinya dengan bergotong royong.
Kecamatan
Pringsurat juga banyak ditemukan industry kecil dan industi rumahan. Salah
satunya adalah pembuatan genteng dan batubata. Menurut hasil wawancara dengan
pemilik industry genteng dan batubata di Desa Kebumen, pendapatan dari industry
tersebut adalah sebesar Rp 20.000.000 tiap bulannya. Dengan pendapatan yang
cukup menjanjikan tersebut, pemilik industry telah memiliki 1 unit rumah
sekaligus toko bangunan, 3 unit mobil, dan 3 unit sepeda motor. Namun demikian,
industry genteng dan batubata bukan berarti tidak memiliki kendala. Kendala
utama dalam pembuatannya adalah saat proses pengeringan genteng dan batu bata,
karena membutuhkan sinar matahari secara langsung untuk kurun waktu yang cukup
lama.
Masyarakat
Kecamatan Pringsurat banyak yang lebih memilih pergi ke Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang untuk sekedar jalan-jalan atau berbelanja dari pada ke
Kecamatan Temanggung sendiri. Hal tersebut berarti cakupan pelayanan di
Kecamatan Secang sudah meluas hingga Kecamatan Pringsurat. Tidak hanya dalam
pelayanan sarana ekonomi, namun juga sarana pendidikan. Menurut hasil kuesioner
dan origin destination, terdapat beberapa masyarakat yang memilih untuk
menyekolahkan anaknya di Kecamatan Secang daripada di Kecamatan Pringsurat.
Alasan mereka karena kualitas pendidikan di Kecamatan Secang lebih baik
daripada di Kecamatan Pringsurat, jarak dan waktu tempuh tidak lagi menjadi
masalah untuk mereka karena akses jalan menuju Kecamatan Secang pun termasuk
mudah. Bahkan apabila masyarakat menyebut akan pergi ke kota, maka mereka ke
Secang, buka ke Temanggung.
Di desa
Soropadan terdapat sebuah tugu “sepuser” yang menandai tengah-tengahnya pulau
Jawa. Memang bukan hanya mitos belaka, jika kita melihat peta pulau Jawa maka
tengah-tengahnya akan jatuh pada daerah sekitar Desa Soropadan ini. Menurut
penuturan para sesepuh Desa Soropadan, tugu “sepuser” ini telah dibangun sejak
jaman penjajahan Belanda. Tugu Sepuser ini secara turun temurun masih
dipelihara oleh masyarakat sekitar yang dipercayai sebagai tanda
tengah-tengahnya pulau Jawa. Pada awalnya tugu ini terbuat dari batu bata
berukuran besar yang diyakini dibuat pada masa kerajaan Majapahit. Sempat
muncul keraguan saat akan melakukan observasi ke Tugu Sepuser, karena salah
satu masyarakat ada yang berkata hati-hati jika ingin kesana (Tugu Sepuser)
karena disana ada makam dan ‘suka menyasarkan’. Namun dengan membaca doa
terlebih dahulu, semua hal yang tidak diinginkan alhdmulillah tidak terjadi.
Untuk menjangkau Tugu Sepuser hanya dapat dilakukan dengan jalan kaki kira-kira
sejauh 800 meter diantara pepohonan yang rimbun.
Hal menarik
lainnya yang tidak ditemukan di kota adalah Adzan Ashar yang berkumandang
sekitar pukul 4 sore. Pada awalnya, mengira bahwa hal tersebut merupakan suatu
kesalahan. Namun setelah bertanya pada masyarakat, ternyata adzan ashar
tersebut juga merupakan penanda jam pulang dari sawah. Apabila petani mendengar
adzan ashar tersebut maka dia akan bersegera untuk pulang ke rumah.
Kantor desa
di Kecamatan Pringsurat aktif dalam 6 hari kerja, dari hari senin hingga hari
sabtu. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada
masyarakat desa. Tetapi tidak jarang kantor desa hanya beroperasi hingga waktu
Dzuhur saja.
Potensi
Kecamatan Pringsurat adalah kayu sengon dan kayu lapis. Kebun sengon banyak
ditemukan di Kecamatan Pringsurat, namun tidak jarang kebun tersebut merupakan
tumpangsari, yaitu gabungan antara sengon dan kopi atau sengon dengan
tanaman-tanaman yang lain.
Menurut
hasil wawancara, permasalahan yang ditemukan di Kecamatan Pringsurat adalah
mengenai kualitas sumber daya manusia. Banyak masyarakat yang bersekolah hanya
hingga tingkat SD, sehingga kualitas pendidikannya pun rendah. Karena
pendidikannya rendah, maka tidak dapat meningkatkan perekonomian keluarga.
Tidak hanya daln ekonomi keluarga, namun dalam pembangunan desa pun memerlukan
orang-orang yang berkualitas.
Mengenai
prasarana persampahan, masyarakat di Kecamatan Pringsurat banyak yang membuang
sampah rumah tangganya ke sungai, dibakar, atau ditimbun. Menurut masyarakat
disana, hal tersebut bukan kebiasaan yang buruk karena sejauh ini belum ada
masalah yang muncul akibat pembuangan sampah ke sungai. Untuk limbah industry
sendiri pernah terjadi permasalahan, tepatnya di Desa Pingit. Limbah industry
mencemari air dan udara di sekitar persawahan sehingga petani mengalami kerugian.
Setelah dilakukan musyawarah dengan pihak perangkat desa masalah tersebut
diatasi dengan ganti rugi dari industry kepada petani. Tindakan lanjut mengenai
pencemaran tersebut dilakukan dengan cara meninggikan cerobong asap keluaran
sisa industry. Masyarakat desa yang berasal dari status sosial
dan agama serta kepercayaan yang berbeda-beda hidup rukun secara berdampingan,
kondisi ini tercipta karena penduduk desa mayoritas penduduk lokal disamping
itu juga kesadaran akan arti pentingnya hidup bermasyarakat dan bertetangga,
hal ini pula yang membangkitkan kesadaran untuk bergotong royong dalam
melaksanakan pembangunan baiak pembangunan yang diprogramkan dan dibiayai
pemerintah maupun pembangunan yang dibiayai secara swadaya.
Penulis: Satrio Mukti
Penulis: Satrio Mukti
0 comments: